Kamis, 26 Maret 2009

Istiqomah



Istiqomah

Terjal berliku ujian cinta
Kuharap hati tiada layu
Biar rasa sakit di jiwa
Kuanggap sebagai batu ujianku

Dalam kumbangan madu cekat
Gelora asmara terkungkung sekat
Tiada lagi nada kasih
Yang dulu terdengar indah

Kini airmata berderaiderai
Harap tersisa di cawan bestari
Istiqomah dalam kedalaman nurani
Bermohon pada Illaihi Robbi

Pada satu mushaf suci
Tertabur segala doa surgawi
Terlebur dendam dan benci
Semata karena ridho Illahi


@ lifespirit 30.3.08/21.3.09

Pantun Empat Bait



Pantun Empat Bait

Bercocok padi adanya di sawah
Saat menguning burung pun berdatangan
Bila datang senang jangan lupa adanya susah
Biar nanti asa tak hanya tinggal kenangan

Buah kelapa buah durian
Tanam di kebun jangan di danau
Bila tak ingin hati rentan
Rajin-rajin pergi ke surau

Ambil wudlu sambut suara adzan
Tinggalkan kerja untuk sesaat
Biar wajah hati tetap menawan
Amalkan sholat setiap saat

Ada bunyi ada gaung
Tak maksud menggurui tuan berilmu
Bila tuan merasa tersinggung
Abaikan saja seperti angin lalu

@ lifespirit 26.3.09

Minggu, 22 Maret 2009

Landai



Landai

Ini kali kau laung rindu
Memangil segala padaku syahdu
Kenapa sebab hati tersembilu
Hingga resah di ujung kelu

Landai landai bayu di bukit
Melayuk daun rindu terungkit
Padamu sayang segala berkat
Kukalung doa sepenuh hasrat

Duhai engkau jelita hati
Bilakah cinta bila sangsi
Adanya diri memang begini
Bukan berarti ku ingkar janji

Oh cinta, kemari peluk aku
Padamu sungguh asmara menderu


@lifespirit 22.3.09

Landai = agak miring ; menurun sedikit demi sedikit

Nyanyian Pelangi



Nyanyian Pelangi

Berlatar indah warna mejikuhibiniu
Kupeluk mesra hangat tubuhmu
Oh,merah mu tersipu malu
Kala keningmu kukecup syahdu

Lembut nafas menyatu seirama
Berbagi cerita indahnya dunia
Gembira hati bersama pujaan
Jiwa melayang serasa ke awan

Bergandeng tangan riang gembira
Merampai asa taburkan cinta
Saat hati bertaut asmara
Indah dunia penuh makna

Haru menitik airmatamu, dara
Larut luruh di cawan hati
Kulaung Dewa berkidung asmaradahana
Bertali kasih seindah pelangi

@ lifespirit 2.6.08/23.3.9

Jumat, 20 Maret 2009

Duhai, Sang Kholiq.



Duhai, Sang Kholiq


Awal bersua dara jelita
Meluah rasa bahagia semata
Jiwa jiwa menembang asmara
Bercarita dewa dewi swargaloka

Beta lihat membatas cakrawala
Bahana petir merejam rasa
Kulepas dara terbawa bayu
Sepuluh jari kulambai kaku

Duhai engkau Tuhan Sang Kholiq
Kenapa jua kau cipta duka
Saat asmara merenda suka
Kau belah jiwa membilu rasa

Pada kekasih nun jauh di mata
Surya berkabut berselendang mega
Kurentang gendewa, kupupus nestapa
Menggumpal awan legam mustika

Pada Tuhan segala abadi
Ku petakpetak rasa gulana
Ku suluh kenang, ada segala
Di kanvas langit kutitip bianglala

@ lifespirit'08/20.3.09

Kamis, 19 Maret 2009

Stanza



Stanza

Untaian kata telah tertoreh
Dalam sair puisi stanza
Merenda hari hari bersama
Lantunkan kidung rindu jiwa

Kenapa hati kini meresah
Dalam meniti bianglala rasa
Hingga tangis menitik resah
Dalam bisu kata nan lara

Oh,cumbu rayu bianglala cinta
Menari dara laksana dewi
Hampar kenang wajah jelita
Terlukis indah di kidung bidadari

Lihat pendar di sana
Pada tapal batas cakrawala
Siluet putih pantulan cahaya
Melarik riak gelora asmara

“Tuhan, aku jatuh cinta”


@ lifespirit 15 November 2008

Noktah



Noktah


Saat sang angkara merajalela
Tumpahan kesedihan meratap ara
Bunga-bunga hati kuncup merana
Terbakar hangus sumpah durjana

Jerit rintih tiada lagi arti
Kala nafsu hati mengunci
Mencabik-cabik nurani suci
Iri dengki hembuskan mati

Oh, rintih dan tangis kematian
Adalah kidung indah baginya
Sebagai wujud persembahan setan
Kesakitan insan dijadikan pahala

Merah saga di Negeri Pusaka
Nafsu angkara durjana merajalela
Sesiapa ada, dicabik,dimangsa
Bagai arwah arwah gentayangan

Sadarlah wahai anak negeri
Ada Darah pejuang di SangSaka
Berbaur peluh air mata
Titisan suci leluhur bangsa


@ lifespirit 29.5.08/8.6.08/19.3.09

Selasa, 17 Maret 2009

Imam dan makmum



Imam dan makmum

Ada cerita bapak yang imam
Calonkan diri jadi hakim*
Susun konsep siang malam
Fajar tiba sebar salam

Halus lembut tutur kata
Senyum ngembang bak purnama
Rapat tersimpan niat utama
Sebelum didapat tahta singasana

Pergi ke mimbar bagikan petuah
Bicara moral penuh kharomah
Anak di rumah bertanya hikmah
Bapak yang imam bilang terserah

Di rumah, anak bini makmum
Takut menegur bapak yang imam
Cacat di dalam di luar harum
Bapak imam begitu makmum


@ lifespirit 14.7.08/17.3.09 (Seloka)

hakim* = pengadil ( simbolik penguasa )

Senin, 16 Maret 2009

Bersamamu



Bersamamu


Aku berjalan di taman bidadari,
kudengar segala riang bernyanyi,
dengan lembut kuhampiri dirimu,
sepenuh harap kugandeng tanganmu.

Oi,kutatap mesra merona pipimu,
berlapis senyum tersipu malu,
suka suka berlatar pelangi,
indah nian warna warni.

Bagai bunga musim semi,
merekah harum di taman hati,
segala duka pergi menepi,
kala sejoli riang menari.

Duhai Tuhan pemantik mimpi,
betapa hidup kian berarti,
saat dua jiwa menyatu ada,
terpindai makna indahnya syurga.


@ lifespirit 8.2.08/2.11.08/15.3.09

Minggu, 15 Maret 2009

Rembulan Luruh



Rembulan Luruh


Kulihat pelangi di rimbun doa
Indah terasa menghias jiwa
Menggugah berjuta kenangan masa
Kala dirinya kurengkuh ada

Kusadari, semua tlah beku
Bahagia terkoyak di puing kalbu
Hangat tiada lagi rasa
Kecuali mimpi tentangmu, dara

Melayuk nyiur di puing asmara
Belantara hati pun berkabut pekat
Hampa terkunci pikiran tersekat
Beku tersisa di altar cinta

O, Dewa Dewi nirwana
Pinjamkan padaku gendewa asmara
Kan kubidik rembulan : Luruh

Pada asmara,
nama terkasih tlah kupatri abadi

___________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 7.10.08/15.3.09

Sabtu, 14 Maret 2009

Bias



Bias

Tertindih menindih saling terpaut
Pedih membilu tersudut kelu
Tatas merentas doa kusebut
Tertunduk hujah* lunglai membisu

Duhai tuan apalah sebab…

Negeri jiwaku hancur terburai
Airmatapun, deras merinai
Surya terpejam jauh menepi
Awan memekat batin tercerai

Lihat tuan debu mengabu
Cekat melekat mengusir terang
Sulit kupilah sirupa jalang
Juang lara resah bergelimpang

Inikah tanda hujah* imanku
Luruh meretak cerminan rupa
Gelap kupandang cermin akhlakku
Benar salah bias tanpa cahaya

@ lifespirit 18 October 2008


Hujah* = alasan , tanda, bukti

Jumat, 13 Maret 2009

Jangan begitu,ah



Jangan begitu,ah


Duhai jelita bermata sayu
Gerangan apa bermuram durja
Adakah hati terluka cinta
Sampai airmata meleleh pilu

Lihat awan di atas sana
Seakan ikut merasa lara
Membuat matahari enggan bersua
Melihat ada derai airmata

Bukan jalan tuk siksa diri
Sedang waktu tiada memihakmu
Selama hati membenam pilu
Terkubur mati asa di diri

Duhai engkau yang berduka
Memang sulit lupakan ada
Bila Hati tersayat lara
Bahagiakah bila kau simpan

Ini waktu enggan ke belakang
Tiktak,tiktak, tetap berdetak
Suka duka hanya tembang
Segala kesah jangan di kerak

@ Lifespirit 14.3.09

Syahadat Cinta



Syahadat Cinta

Saat kurangkai puisi dan sair
tidak cukup samudra airmata
untuk ceritakan hujah* cinta
melebur dalam pertalian jiwa

Kala sepasang kasih bermunajat
terdengar syahdu bait syurgawi
membasuh kering jiwa landai
berharap benih di rahim suci

Oh, alunan nada jiwa
buluh perindu awal muara
semilir bayu di altar asmara
terbangkan luruh benci prasangka

Dari liat tanah syurgawi
tercium ada, aroma wangi
satu tiupan Pembuat Cinta
wujud prasasti Syahadat Cinta

@ lifespirit 15 August 2008

Rabu, 11 Maret 2009

Pada Lima




Pada Lima

Kala pati dera jiwa
Akal budi jadi mati
Bila haus puja puji
Hati buta mati rasa

Bila umat taat adat
Jauh cela jauh dosa
Biar raya biar jaya
Jaga niat yang kuat

Hayo kita sama laju
Ajak mata juga atma
Jaga tata pada lima
Pada niat yang Satu

Agar jauh duka lara
Laku baik saka diri
Bila padu visi misi
cita cita luah suka

( lifespirit 2009 rev. 5 July 2011 )

4 huruf dalam satu kata/kalimat,

4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.

4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,

4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.

Puisi pola 4444 ini saya ciptakan atas dasar ketertarikan saya pada karya sastra puisi/sajak/syair/pantun yang berbasis akar budaya tanah leluhur yang kita cintai ini.

Berawal dari sana saya tergelitik untuk membuat puisi sanjak dan atau rima dengan aturanyang boleh dikata tak lazim, karena pola ini terdiri dari serangkaian tautan kalimat yang per kalimatnya hanya terdapat 4 huruf pada kata/kalimat ( kata dasar ) ; 4 huruf dalam satu kata/kalimat, namun dalam satu kesatuan utuh tubuh karya, dan harus tetap memenuhi unsur sajak baik secara estetika bahasa pun secara estetika pesan/makna.

Sekali lagi perlu saya tekankan di sini, bahwasanya acuan dasar dari pola 4444 adalah sajak rima sastra akar leluhur, Namun begitu pada karya ini (yang selanjutnya saya sebut sebagai puisi pola 4444, lebih menitik beratkan pada jumlah huruf pada kata dan jumlah kata pada baris serta jumlah baris pada bait. Sedang saya pergunakan rima berpeluk semata untuk mendapatkan efec rima (metrum) saat dibaca. Satu lagi pada bacaan puisi pola 4444 dengan rima berpeluk. Pembaca akan mendapatkan efek gema. seakan kita ditarik lagi pada bunyi akhir awal bait. tarikan rima di baris awal bait dengan bunyi rima akhir dibaris akhir pada bait yang sama menciptakan suatu arus gravitasi kata dan atau gravitasi bahasa yang berseakan memantul dan menimbulkan bunyi yang bergema. Contoh: perhatikan efek gema yang ditimbulkan oleh rima yang saya beri tanda ( ) di bawah ini :

Kala pati dera jiw(a)
Akal budi jadi mat(i)
Bila haus puja puj(i)
Hati buta mati ras(a)

Bila umat taat ad(at)
Jauh cela jauh dos(a)
Biar raya biar jay(a)
Jaga niat yang ku(at)

Jadi dalam penggunaan rima tidak boleh asal mengejar bunyi saja, dalam pengertian "mengejar bunyi" yang saya maksudkan di sini, yaitu tidak hanya sekedar mencari kesamaan rima di akhir kalimat saja, padahal secara bentukan alur baris dan atau antar barisnya tidak saling terkait maksud/makna, jadi di sini yang saya maksudkan jangan hanya mengejar bunyi rimanya sahaja. Dan mengenai asonansi; perulangan bunyi vokal dalam deretan kata dan atau penggunaan aliterasi ; pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, tidak mesti harus, yang pasti dasar pemikiran penciptaan karya ini sesuai dengan yang saya katakan diatas mengacu dari pola tuang sastra melayu pujangga lama tidak menyimpang dari pola rima berpeluk/berpaut, dan yang pasti tidak menyimpang aturan pola 4444.



salam lifespirit!

Selasa, 10 Maret 2009

Opera



Opera

Kemerlap cahaya lampu panggung
Berhias lagu tari menawan
Katre* cantik elok rupawan
Penonton riang katre berdendang

Dalam rancak tari menari
Tangan kaki gemulai melambai
Tiada tampak gelisah wajahnya
Belum tentu gembira hatinya

Lampu panggung terang benderang
Tanda usai opera tari
Katre cantik dibalik panggung
Hitung uang upah menari

Meratap sedih katre penari
Hasil upah tidak sebanding
Dengan jeritan suara hati

Itu kisah suka duka katre penari
Tersimpan cerita laksana opera
Menghibur penonton dibalik derita
Tampak-kan wajah berseri seri


@ lifespirit 18 maret 2008
Bangkok pukul 20.30 malam
( rev. 11.3.09 Indonesia )
Katre* ( bhs. Thailand ) = Waria

Minggu, 08 Maret 2009

Sair Cinta



Sair Cinta

Dari Jogja sampai di Bombai
Sepanjang itu cerita cinta, teruntai
Merajuk suka lara hati
Hanyalah bunga rampainya hati

Bila diri masih cinta
Kenapa peduli akan lara
Bukankah cinta lara adanya
Menggoda insan mereka-reka

Saat bibir terkecup mesra
Debar hati genderang asmara
Berpeluh-peluh cinta mendahaga
Tiada sempat berpikir derita

Tidaklah jiwa akan bertanya
Hangat nafas kian bergelora
Meliuk, meradang, berlaksa rasa
Ciptakan jalan rindu menyiksa

Jangan, janganlah engkau menangis
Kala cinta hanyut terkikis
Bagaimana nanti kembali melukis
Sedang warna di kanvas kian menipis

Tidakkah ingat pernah kau kata
Beragam coba asa terbina
Tiada peduli bara mendera
Kekuatan cinta padamkan apinya

@ lifespirit, 24 Mei 2008 ( Rev. 6 Juli 2008 )

Ada Cinta Di Titik 0



Ada Cinta Di Titik 0

Saat cinta datang menjelma
berdengup jantung tiada terkira
tergandeng tangan meniti asa
gelora cinta melebur sukma

Pada kekasih kurentang rasa
hati gembira tiada terkata
hingga semua tampak di mata
terlihat indah tiada cela

Tapi kini asmara nestapa
gemeretak tulang lepas di raga
gelap terasa gelora di jiwa
pikir pun resah nafsu mendahaga

Duhai Tuhan kenapa terjadi
tercipta cinta pun tercerai
di titik 0, inginnya mati
pada nurani kucumbu Illahi


@ lifespirit 30 Desember 08

Sabtu, 07 Maret 2009

Cerita Pohon Kamboja



Cerita Pohon Kamboja


Setia berdiri di ujung sepi
Pagi siang malam sepi
Bahkan burung hantu pun pergi
Hanya wangi bunga mengiris ngeri

Sekali datang berderap kaki
Beriring tangis mengiris nyali
Tubuh pohon bisu terpatri
Di antara lubang yang tergali

Derap kaki melangkah pergi
Tinggalkan dia sepi sendiri
Dalam tanah taburan melati
Menunggu tanya terjawab pasti

Sepi bisu ciutkan nyali
Wangi bunga tersaput ngeri
Bila kini aku mengerti
Hidup sekali harus berarti


@ lifespirit 23 Jan. 08 ( rev. 30 Jul. 08 )

Selasa, 03 Maret 2009

Pecinta




Pecinta

Kala mega tersapu gerimis
debaran hati getar tak tentu
dalam hening pilu teriris
haruskah mengalah, aku selalu

Perlahan pelangi mulai sirna
senja menghilang dalam temaram
ijinkan aku mencintaimu, dara
gemercik suara hati bersemayam

Dalam nuansa indah kurasa
bisikan bening sungainya hati
senyap tanpa gemerisik kuarsa
mengalir bagai alunan kecapi

Indahnya kata kau sampaikan
terbang melayang dalam angan
padamu, ku tanam selaksa asa
kepadamu, aku jatuh cinta

@ arch222,resa,lifespirit _ 2008

BREKELE



BREKELE


Ini tentang terune dan dedare*
Memadu kasih di bale-bale
Tidak takut yang namanya gonore*
Sex bebas, membudaya jadi image

Dasar memang jaman brekele*
Petuah tetua dianggap sepele
Etika moral dikata mana ketehe*
Malah triping geleng-geleng seperti lele

Berlagak kaya sok perlente
Lauk tempe dibilang kere
Tak peduli tangis emak babe
Utamakan gengsi demi prestise

Ini sajak akhiran “E”
Boleh baca asal gak bete’
Bila dirasa penuh satire*
Orang betawi bilang, maafin aje*


@ lifespirit 4 Februari 2009



aje*/saje (betawi) = saja
terune dan dedare* (sasak) = jejaka dan dara
brekele* = ruwet/kacau ( biasanya dipakai sebagai bahasa gaul! )
mana ketehe* (bahasa gaul) = mana ku tahu
gonore* = jenis penyakit kelamin akibat bakteri gonokokus dan mudah menular akibat hubungan seksual )
satire* = gaya bahasa dalam kesusastraan yang mengandung sindiran halus.