Sabtu, 24 Desember 2011
Mencintai Tidak Dengan Sederhana
foto pendukung disuting dari http://www.kratonpedia.com/article-tag/1117/workshop.keris.html
Mencintai Tidak Dengan Sederhana
:/Sapardi Djoko Damono
Kuingin mencintaimu walau mesti dengan cara paling rumit
Petani yang menabur benih, memupuk juga
Memelihara tanamannya dari hama
Kuingin mencintaimu biar pun harus dengan cara paling sulit
Sang empu pada hening jiwa menempa baja
Membakar dalam tungku api menjadikannya pusaka jiwa
_______________________________________________
@ Imron Tohari, lifespirit 10 Desember 2011
Minggu, 11 September 2011
Lima Bait yang Menjadikan Aku Rindu Bola Matamu
Lima Bait yang Menjadikan Aku Rindu Bola Matamu
Aku rindu bola matamu
yang jika aku tatap, detak bertalu jantungku
Aku rindu bola matamu
tempat jari-jari mungil menyulam rindu
Aku rindu bola matamu
yang api, kala aku terpuruk, engkau bakar semangatku
Aku rindu bola matamu
pintu menuju ke engkau, di hatimu
Aku rindu bola matamu
kepak sayap, menjadikan jarak tak lagi berarti: untuk rindu
____________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 11 September 2011
Rabu, 17 Agustus 2011
Jumat, 08 Juli 2011
Mati Suri
lukisan by google
Mati Suri
Pagi! Indonesia yang seri
Duka nian kamu Indonesia
Padi padi jadi bara
Lima sila jadi duri
Pada hati kami kata
Sila jadi meja judi
Para Tuan lupa diri
Jiwa jiwa luka: Kita?
Di Kota juga Desa: Sama
Sana sini gila uang
Meja meja gila Gong
Kini mati suri Indonesia
Di Masjid;Gereja;Pura;Vihara
Nada, sepi gema;bisu
Daun hati yang layu
Tapi, nadi kita Indonesia
_____________________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 9 July 2011
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Mati Suri
Pagi! Indonesia yang seri
Duka nian kamu Indonesia
Padi padi jadi bara
Lima sila jadi duri
Pada hati kami kata
Sila jadi meja judi
Para Tuan lupa diri
Jiwa jiwa luka: Kita?
Di Kota juga Desa: Sama
Sana sini gila uang
Meja meja gila Gong
Kini mati suri Indonesia
Di Masjid;Gereja;Pura;Vihara
Nada, sepi gema;bisu
Daun hati yang layu
Tapi, nadi kita Indonesia
_____________________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 9 July 2011
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Yang Satu
Yang Satu
: Prof. Dimas Arika Miharja
Ayah, pada laku usia
Usai baca duka hati
Budi, ilmu pada arti
Atma baik sepi luka
Kata ayah, akal fana
Kala kita haus ilmu
Biar jauh dari semu
Buka luas mata jiwa
Ayah, pada saat pilu
Kamu ikat luka lara
Kamu tata suka cita
Agar hati jadi padu
Kata ayah, umur, saru
Kini pada sisa usia
Bila bila tiba masa
Puja puji pada Satu
___________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit rev.5 July 2011
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Sang Naga
lukisan diunduh http://chineseartstore.com/catalog/images/medium/5849-chinese-dragon-painting-detail.jpg
Sang Naga
Naga emas para Dewa
Liuk laun naik mega
Suci laku suci kata
Budi baik arak jiwa
Hong! fana pada akar
Inti kata pada arti
Bila tahu laba rugi
Jauh dari laku ular
Pada bayu, kata Naga
Kamu Hong saya nari
Saya nepi jika duri
Fana, rugi atau laba?
Bila hati satu rasa
Hari hari luah suka
Lupa lara juga duka
Tuan, Nona, ikat kala
______________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 8 July 2011
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Puisi pola 4444 ini saya ciptakan atas dasar ketertarikan saya pada karya sastra puisi/sajak/syair/pantun yang berbasis akar budaya tanah leluhur yang kita cintai ini.
Berawal dari sana saya tergelitik untuk membuat puisi sanjak dan atau rima dengan aturan yang boleh dikata tak lazim, karena pola ini terdiri dari serangkaian tautan kalimat yang per kalimatnya hanya terdapat 4 huruf pada kata/kalimat ( kata dasar ) ; 4 huruf dalam satu kata/kalimat, namun dalam satu kesatuan utuh tubuh karya, dan harus tetap memenuhi unsur sajak baik secara estetika bahasa pun secara estetika pesan/makna.
Sekali lagi perlu saya tekankan di sini, bahwasanya acuan dasar dari pola 4444 adalah sajak rima sastra akar leluhur, Namun begitu pada karya ini (yang selanjutnya saya sebut sebagai puisi pola 4444, lebih menitik beratkan pada jumlah huruf pada kata dan jumlah kata pada baris serta jumlah baris pada bait. Sedang saya pergunakan rima berpeluk semata untuk mendapatkan efec rima (metrum) saat dibaca. Satu lagi pada bacaan puisi pola 4444 dengan rima berpeluk. Pembaca akan mendapatkan efek gema. seakan kita ditarik lagi pada bunyi akhir awal bait. tarikan rima di baris awal bait dengan bunyi rima akhir dibaris akhir pada bait yang sama menciptakan suatu arus gravitasi kata dan atau gravitasi bahasa yang berseakan memantul dan menimbulkan bunyi yang bergema. Contoh: perhatikan efek gema yang ditimbulkan oleh rima yang saya beri tanda ( ) di bawah ini :
Hong! fana pada ak(ar)
Inti kata pada art(i)
Bila tahu laba rug(i)
Jauh dari laku ul(ar)
Pada bayu, kata Nag(a)
Kamu Hong saya na(ri)
Saya nepi jika du(ri)
Fana, rugi atau lab(a)?
Jadi dalam penggunaan rima tidak boleh asal mengejar bunyi saja, dalam pengertian "mengejar bunyi" yang saya maksudkan di sini, yaitu tidak hanya sekedar mencari kesamaan rima di akhir kalimat saja, padahal secara bentukan alur baris dan atau antar barisnya tidak saling terkait maksud/makna, jadi di sini yang saya maksudkan jangan hanya mengejar bunyi rimanya sahaja. Dan mengenai asonansi; perulangan bunyi vokal dalam deretan kata dan atau penggunaan aliterasi ; pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, tidak mesti harus, yang pasti dasar pemikiran penciptaan karya ini sesuai dengan yang saya katakan diatas mengacu dari pola tuang sastra melayu pujangga lama tidak menyimpang dari pola rima berpeluk/berpaut, dan yang pasti tidak menyimpang aturan pola 4444.
salam lifespirit!
Sang Naga
Naga emas para Dewa
Liuk laun naik mega
Suci laku suci kata
Budi baik arak jiwa
Hong! fana pada akar
Inti kata pada arti
Bila tahu laba rugi
Jauh dari laku ular
Pada bayu, kata Naga
Kamu Hong saya nari
Saya nepi jika duri
Fana, rugi atau laba?
Bila hati satu rasa
Hari hari luah suka
Lupa lara juga duka
Tuan, Nona, ikat kala
______________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 8 July 2011
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Puisi pola 4444 ini saya ciptakan atas dasar ketertarikan saya pada karya sastra puisi/sajak/syair/pantun yang berbasis akar budaya tanah leluhur yang kita cintai ini.
Berawal dari sana saya tergelitik untuk membuat puisi sanjak dan atau rima dengan aturan yang boleh dikata tak lazim, karena pola ini terdiri dari serangkaian tautan kalimat yang per kalimatnya hanya terdapat 4 huruf pada kata/kalimat ( kata dasar ) ; 4 huruf dalam satu kata/kalimat, namun dalam satu kesatuan utuh tubuh karya, dan harus tetap memenuhi unsur sajak baik secara estetika bahasa pun secara estetika pesan/makna.
Sekali lagi perlu saya tekankan di sini, bahwasanya acuan dasar dari pola 4444 adalah sajak rima sastra akar leluhur, Namun begitu pada karya ini (yang selanjutnya saya sebut sebagai puisi pola 4444, lebih menitik beratkan pada jumlah huruf pada kata dan jumlah kata pada baris serta jumlah baris pada bait. Sedang saya pergunakan rima berpeluk semata untuk mendapatkan efec rima (metrum) saat dibaca. Satu lagi pada bacaan puisi pola 4444 dengan rima berpeluk. Pembaca akan mendapatkan efek gema. seakan kita ditarik lagi pada bunyi akhir awal bait. tarikan rima di baris awal bait dengan bunyi rima akhir dibaris akhir pada bait yang sama menciptakan suatu arus gravitasi kata dan atau gravitasi bahasa yang berseakan memantul dan menimbulkan bunyi yang bergema. Contoh: perhatikan efek gema yang ditimbulkan oleh rima yang saya beri tanda ( ) di bawah ini :
Hong! fana pada ak(ar)
Inti kata pada art(i)
Bila tahu laba rug(i)
Jauh dari laku ul(ar)
Pada bayu, kata Nag(a)
Kamu Hong saya na(ri)
Saya nepi jika du(ri)
Fana, rugi atau lab(a)?
Jadi dalam penggunaan rima tidak boleh asal mengejar bunyi saja, dalam pengertian "mengejar bunyi" yang saya maksudkan di sini, yaitu tidak hanya sekedar mencari kesamaan rima di akhir kalimat saja, padahal secara bentukan alur baris dan atau antar barisnya tidak saling terkait maksud/makna, jadi di sini yang saya maksudkan jangan hanya mengejar bunyi rimanya sahaja. Dan mengenai asonansi; perulangan bunyi vokal dalam deretan kata dan atau penggunaan aliterasi ; pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, tidak mesti harus, yang pasti dasar pemikiran penciptaan karya ini sesuai dengan yang saya katakan diatas mengacu dari pola tuang sastra melayu pujangga lama tidak menyimpang dari pola rima berpeluk/berpaut, dan yang pasti tidak menyimpang aturan pola 4444.
salam lifespirit!
Rabu, 06 Juli 2011
Ohai!
lukisan by http://www.lintasberita.com/mediabig/6d4764e96dbe8674b9b39ad57b79a336.jpg
Ohai!
Pada jiwa yang laut
Arah tuju pada niat
Bila luka kamu Ikat
Suka cita akan ikut
Ahai! Loba bola mata
Elok nian kamu nona
Akal bisa jadi lena
Bara bisa jadi kata
Tapi, bila baik iman
Laku diri akan taat
Pada tuju kian giat
Hari hari elok nian
Ohai! Nona mata jeli
Buka mata buka hati
Jaga laku jaga diri
Maut;ajal, satu kali
_______________________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 6 July 2011
je•li a 1 elok dan bercahaya (tt mata)
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Puisi pola 4444 ini saya ciptakan atas dasar ketertarikan saya pada karya sastra puisi/sajak/syair/pantun yang berbasis akar budaya tanah leluhur yang kita cintai ini.
Berawal dari sana saya tergelitik untuk membuat puisi sanjak dan atau rima dengan aturan yang boleh dikata tak lazim, karena pola ini terdiri dari serangkaian tautan kalimat yang per kalimatnya hanya terdapat 4 huruf pada kata/kalimat ( kata dasar ) ; 4 huruf dalam satu kata/kalimat, namun dalam satu kesatuan utuh tubuh karya, dan harus tetap memenuhi unsur sajak baik secara estetika bahasa pun secara estetika pesan/makna.
Sekali lagi perlu saya tekankan di sini, bahwasanya acuan dasar dari pola 4444 adalah sajak rima sastra akar leluhur, Namun begitu pada karya ini (yang selanjutnya saya sebut sebagai puisi pola 4444, lebih menitik beratkan pada jumlah huruf pada kata dan jumlah kata pada baris serta jumlah baris pada bait. Sedang saya pergunakan rima berpeluk semata untuk mendapatkan efec rima (metrum) saat dibaca. Satu lagi pada bacaan puisi pola 4444 dengan rima berpeluk. Pembaca akan mendapatkan efek gema. seakan kita ditarik lagi pada bunyi akhir awal bait. tarikan rima di baris awal bait dengan bunyi rima akhir dibaris akhir pada bait yang sama menciptakan suatu arus gravitasi kata dan atau gravitasi bahasa yang berseakan memantul dan menimbulkan bunyi yang bergema. Contoh: perhatikan efek gema yang ditimbulkan oleh rima yang saya beri tanda ( ) di bawah ini :
Pada jiwa yang la(ut)
Arah tuju pada niat
Bila luka kamu Ikat
Suka cita akan ik(ut)
Ahai! Loba bola ma(ta)
Elok nian kamu nona
Akal bisa jadi lena
Bara bisa jadi ka(ta)
Jadi dalam penggunaan rima tidak boleh asal mengejar bunyi saja, dalam pengertian "mengejar bunyi" yang saya maksudkan di sini, yaitu tidak hanya sekedar mencari kesamaan rima di akhir kalimat saja, padahal secara bentukan alur baris dan atau antar barisnya tidak saling terkait maksud/makna, jadi di sini yang saya maksudkan jangan hanya mengejar bunyi rimanya sahaja. Dan mengenai asonansi; perulangan bunyi vokal dalam deretan kata dan atau penggunaan aliterasi ; pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, tidak mesti harus, yang pasti dasar pemikiran penciptaan karya ini sesuai dengan yang saya katakan diatas mengacu dari pola tuang sastra melayu pujangga lama tidak menyimpang dari pola rima berpeluk/berpaut, dan yang pasti tidak menyimpang aturan pola 4444.
salam lifespirit!
Ohai!
Pada jiwa yang laut
Arah tuju pada niat
Bila luka kamu Ikat
Suka cita akan ikut
Ahai! Loba bola mata
Elok nian kamu nona
Akal bisa jadi lena
Bara bisa jadi kata
Tapi, bila baik iman
Laku diri akan taat
Pada tuju kian giat
Hari hari elok nian
Ohai! Nona mata jeli
Buka mata buka hati
Jaga laku jaga diri
Maut;ajal, satu kali
_______________________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 6 July 2011
je•li a 1 elok dan bercahaya (tt mata)
Karakter dasar pola tuang 4444 :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke ) , dimana untuk kata tunjuk tempat adalah suatu hal yang mempunyai sifat khusus pada makna suatu kalimat bila tidak disertakan: di,ke, sehingga tidaklah mengapa bila lebih satu kata, bila kata tersebut merupakan satu kesatuan makna pada kata terkait. (di,ke). Hal ini berlaku juga untuk sesuatu kalimat/kata yang walau lebih dari 4 huruf dalam satu kalimat/kata,masih bisa di tolerir, Bilamana Ianya, kata/kalimat tersebut menunjukan dan atau merupakan nama suatu tempat, orang, waktu dan atau yang setara, misal: Negara;Masjid;Gereja;Pura;Vihara , nama orang, penunjuk waktu, dst.
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak dan atau berima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Puisi pola 4444 ini saya ciptakan atas dasar ketertarikan saya pada karya sastra puisi/sajak/syair/pantun yang berbasis akar budaya tanah leluhur yang kita cintai ini.
Berawal dari sana saya tergelitik untuk membuat puisi sanjak dan atau rima dengan aturan yang boleh dikata tak lazim, karena pola ini terdiri dari serangkaian tautan kalimat yang per kalimatnya hanya terdapat 4 huruf pada kata/kalimat ( kata dasar ) ; 4 huruf dalam satu kata/kalimat, namun dalam satu kesatuan utuh tubuh karya, dan harus tetap memenuhi unsur sajak baik secara estetika bahasa pun secara estetika pesan/makna.
Sekali lagi perlu saya tekankan di sini, bahwasanya acuan dasar dari pola 4444 adalah sajak rima sastra akar leluhur, Namun begitu pada karya ini (yang selanjutnya saya sebut sebagai puisi pola 4444, lebih menitik beratkan pada jumlah huruf pada kata dan jumlah kata pada baris serta jumlah baris pada bait. Sedang saya pergunakan rima berpeluk semata untuk mendapatkan efec rima (metrum) saat dibaca. Satu lagi pada bacaan puisi pola 4444 dengan rima berpeluk. Pembaca akan mendapatkan efek gema. seakan kita ditarik lagi pada bunyi akhir awal bait. tarikan rima di baris awal bait dengan bunyi rima akhir dibaris akhir pada bait yang sama menciptakan suatu arus gravitasi kata dan atau gravitasi bahasa yang berseakan memantul dan menimbulkan bunyi yang bergema. Contoh: perhatikan efek gema yang ditimbulkan oleh rima yang saya beri tanda ( ) di bawah ini :
Pada jiwa yang la(ut)
Arah tuju pada niat
Bila luka kamu Ikat
Suka cita akan ik(ut)
Ahai! Loba bola ma(ta)
Elok nian kamu nona
Akal bisa jadi lena
Bara bisa jadi ka(ta)
Jadi dalam penggunaan rima tidak boleh asal mengejar bunyi saja, dalam pengertian "mengejar bunyi" yang saya maksudkan di sini, yaitu tidak hanya sekedar mencari kesamaan rima di akhir kalimat saja, padahal secara bentukan alur baris dan atau antar barisnya tidak saling terkait maksud/makna, jadi di sini yang saya maksudkan jangan hanya mengejar bunyi rimanya sahaja. Dan mengenai asonansi; perulangan bunyi vokal dalam deretan kata dan atau penggunaan aliterasi ; pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, tidak mesti harus, yang pasti dasar pemikiran penciptaan karya ini sesuai dengan yang saya katakan diatas mengacu dari pola tuang sastra melayu pujangga lama tidak menyimpang dari pola rima berpeluk/berpaut, dan yang pasti tidak menyimpang aturan pola 4444.
salam lifespirit!
Sabtu, 11 Juni 2011
3 Sajak Rima Romantik "ala lifespirit"
lukisan by google
3 Sajak Rima Romantik "ala lifespirit"
1) Bianglala Cinta
Awal bersua dara jelita
Meluah rasa bahagia semata
Jiwa jiwa menembang asmara
Bercarita dewa dewi swargaloka
Hamba lihat membatas cakrawala
Bahana petir merejam rasa
Kulepas dara terbawa bayu
Sepuluh jari kulambai kaku
Duhai engkau Tuhan Sang Kholiq
Kenapa jua tercipta duka
Saat asmara merenda suka
Terbelah jiwa sembilu rasa
Pada kekasih nun jauh di mata
Surya berkabut berselendang mega
Menggumpal awan legam mustika
Kurentang gendewa, kupupus nestapa
Kini, kupetakpetak rasa gulana
Ku suluh kenang, ada segala
Padamu Tuhan ku menyemesta
Di kanvas langit kulukis bianglala
( by lifespirit'08 )
2) Landai
Ini kali kau laung rindu
Memangil segala padaku syahdu
Kenapa sebab hati membiru
Hingga resahmu di ujung kelu
Landai landai bayu di bukit
Melayuk daun rindu terungkit
Padamu sayang segala berkat
Kukalung doa sepenuh hasrat
Duhai engkau jelita hati
Bilakah cinta bila kau sangsi
Adanya diri memang begini
Bukan berarti ingkari janji
Oi cinta,datanglah peluk aku
Padamu sungguh asmara menderu
( by lifespirit ‘09 )
Landai = agak miring ; menurun sedikit demi sedikit
3) Bersamamu
Berjalan-jalan di taman bidadari,
kudengar segala riang bernyanyi,
dengan lembut kuhampiri dirimu,
sepenuh harap kugandeng tanganmu.
Suka suka berlatar pelangi,
indah nian warna warni,
oi,kutatap mesra merona pipimu,
berlapis senyum tersipu malu.
Bagai bunga musim semi,
merekah harum di taman hati,
segala duka pergi menepi,
kala sejoli riang menari.
Duhai Tuhan pemantik mimpi,
saat dua jiwa menyatu ada,
betapa hidup kian berarti,
terpindai makna indahnya syurga.
( by ifespirit ‘09 )
3 Sajak Rima Romantik "ala lifespirit"
1) Bianglala Cinta
Awal bersua dara jelita
Meluah rasa bahagia semata
Jiwa jiwa menembang asmara
Bercarita dewa dewi swargaloka
Hamba lihat membatas cakrawala
Bahana petir merejam rasa
Kulepas dara terbawa bayu
Sepuluh jari kulambai kaku
Duhai engkau Tuhan Sang Kholiq
Kenapa jua tercipta duka
Saat asmara merenda suka
Terbelah jiwa sembilu rasa
Pada kekasih nun jauh di mata
Surya berkabut berselendang mega
Menggumpal awan legam mustika
Kurentang gendewa, kupupus nestapa
Kini, kupetakpetak rasa gulana
Ku suluh kenang, ada segala
Padamu Tuhan ku menyemesta
Di kanvas langit kulukis bianglala
( by lifespirit'08 )
2) Landai
Ini kali kau laung rindu
Memangil segala padaku syahdu
Kenapa sebab hati membiru
Hingga resahmu di ujung kelu
Landai landai bayu di bukit
Melayuk daun rindu terungkit
Padamu sayang segala berkat
Kukalung doa sepenuh hasrat
Duhai engkau jelita hati
Bilakah cinta bila kau sangsi
Adanya diri memang begini
Bukan berarti ingkari janji
Oi cinta,datanglah peluk aku
Padamu sungguh asmara menderu
( by lifespirit ‘09 )
Landai = agak miring ; menurun sedikit demi sedikit
3) Bersamamu
Berjalan-jalan di taman bidadari,
kudengar segala riang bernyanyi,
dengan lembut kuhampiri dirimu,
sepenuh harap kugandeng tanganmu.
Suka suka berlatar pelangi,
indah nian warna warni,
oi,kutatap mesra merona pipimu,
berlapis senyum tersipu malu.
Bagai bunga musim semi,
merekah harum di taman hati,
segala duka pergi menepi,
kala sejoli riang menari.
Duhai Tuhan pemantik mimpi,
saat dua jiwa menyatu ada,
betapa hidup kian berarti,
terpindai makna indahnya syurga.
( by ifespirit ‘09 )
SEROJA
lukisan by google
SEROJA
Terbang setinggi burung melayang
bernyanyi riang berdecak kenang
bertatap mata bersayang-sayang
selayang pandang cinta terbayang
Lambai lambai indah dunia
bersama pujaan adanya suka
berharap harap asa sejiwa
lantunkan syair puisi bujangga
Duhai jelita bibir delima
terbuai aku indah seroja
putih suci memekar bunga
licin daun terkecup tirta
Jangan paksa lengguh asmara
tubalah nanti segala ada
bila hasrat meriak, bergelora
biar kugulat tubuhmu dengan tauziah; cinta
_____________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit ‘08
SEROJA
Terbang setinggi burung melayang
bernyanyi riang berdecak kenang
bertatap mata bersayang-sayang
selayang pandang cinta terbayang
Lambai lambai indah dunia
bersama pujaan adanya suka
berharap harap asa sejiwa
lantunkan syair puisi bujangga
Duhai jelita bibir delima
terbuai aku indah seroja
putih suci memekar bunga
licin daun terkecup tirta
Jangan paksa lengguh asmara
tubalah nanti segala ada
bila hasrat meriak, bergelora
biar kugulat tubuhmu dengan tauziah; cinta
_____________________________________________
@ Imron Tohari_lifespirit ‘08
Senin, 30 Mei 2011
Badut-badut Politik
lukisan by google
Badut-badut Politik
Jam berdetak jantung meretak
Lalu lalang pengab-kan otak
Hilir mudik koar birokrat,
Cari simpati buahnya laknat
Bagi uang katanya amal
Retorika di sana sini
Dapat tahta lupa janji
Mikirin modal cepat kembali
Ini salah bener siapa
Tak tahu awal siapa mula
Tapi nyata ini terjadi
Seakan terpatri jadi tradisi
Ini sajak bukannya mortir
Jangan marah mawaslah diri
Bila rasa diri tersindir
Sucikan hati taubat Illahi
_________________________________________________
@ Imron Tohari _ LifeSpirit, 24108.rev.300511
Badut-badut Politik
Jam berdetak jantung meretak
Lalu lalang pengab-kan otak
Hilir mudik koar birokrat,
Cari simpati buahnya laknat
Bagi uang katanya amal
Retorika di sana sini
Dapat tahta lupa janji
Mikirin modal cepat kembali
Ini salah bener siapa
Tak tahu awal siapa mula
Tapi nyata ini terjadi
Seakan terpatri jadi tradisi
Ini sajak bukannya mortir
Jangan marah mawaslah diri
Bila rasa diri tersindir
Sucikan hati taubat Illahi
_________________________________________________
@ Imron Tohari _ LifeSpirit, 24108.rev.300511
Kamis, 19 Mei 2011
Sajak yang Kutulis Untukmu Mungkin Akan Kuberi Judul Piano
lukisan by google
Sajak yang Kutulis Untukmu Mungkin Akan Kuberi Judul Piano
Kursi yang menatapku itu
biasanya ada engkau
Dan jari jemari nan syahdu
menabur benih rindu
O, pemilik lentik jemari
berlaksa ilusi terpahat di mimpi
Tanpa bunyi apa ini diri
tut-tut nada sebisu sunyi
Pertalian hati
iakah serupa hening yang nyanyi?
_________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 19 Mei 2011
Sajak yang Kutulis Untukmu Mungkin Akan Kuberi Judul Piano
Kursi yang menatapku itu
biasanya ada engkau
Dan jari jemari nan syahdu
menabur benih rindu
O, pemilik lentik jemari
berlaksa ilusi terpahat di mimpi
Tanpa bunyi apa ini diri
tut-tut nada sebisu sunyi
Pertalian hati
iakah serupa hening yang nyanyi?
_________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 19 Mei 2011
Selasa, 26 April 2011
Kemala Di Bukit Cinta
lukisan by google
Kemala Di Bukit Cinta
Bila cinta bersapa, rumput menghijau di padang gembala
burung bersenandung riang di dahandahan pohon perdu
Riuh bersorak, bijibiji palawija tumbuh subur di atas bantala
melantun hikmat syair bujanga dalam irama nan syahdu
Bila cinta ada, hatiku;hatimu saling berdetak merasa
keramaian dan kesunyian samasama di pusaran hening
Segala semak segala ganja segala khamr tersingkir binasa
wewangi tanaman bercerita katak yang bercermin di air bening
Bila cinta tulus, tujuh langit berlapis terkuak, seluruh alam menyerta
para pecinta, telimpuh meretas kemala meneguk air purnama˗˗ raya
muda-mudi bersitatap memanahbisu berikrar menembang asmarandana
_____________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 15 Desember 2010
ke•ma•la : batu yang indah dan bercahaya, banyak khasiatnya dan mengandung kesaktian
purnama raya : saat bulan bundar benar (tanggal 14 dan 15 bulan Kamariah); bulan (30 atau 31 hari)
telimpuh : duduk dengan kaki dilipat kebelakang;bersimpuh
kharm : bangsa arab menyebutnya air api dan atau sejenis minuman keras
asmarandana ; asmaradahana ; bentuk komposisi tembang macapat, biasanya digunakan untuk mengungkapkan rasa sedih, prihatin, atau rasa cinta, mempunyai bait yg terdiri atas tujuh baris, masing-masing bervokal akhir i,a,e,a,a,u,a
Kemala Di Bukit Cinta
Bila cinta bersapa, rumput menghijau di padang gembala
burung bersenandung riang di dahandahan pohon perdu
Riuh bersorak, bijibiji palawija tumbuh subur di atas bantala
melantun hikmat syair bujanga dalam irama nan syahdu
Bila cinta ada, hatiku;hatimu saling berdetak merasa
keramaian dan kesunyian samasama di pusaran hening
Segala semak segala ganja segala khamr tersingkir binasa
wewangi tanaman bercerita katak yang bercermin di air bening
Bila cinta tulus, tujuh langit berlapis terkuak, seluruh alam menyerta
para pecinta, telimpuh meretas kemala meneguk air purnama˗˗ raya
muda-mudi bersitatap memanahbisu berikrar menembang asmarandana
_____________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 15 Desember 2010
ke•ma•la : batu yang indah dan bercahaya, banyak khasiatnya dan mengandung kesaktian
purnama raya : saat bulan bundar benar (tanggal 14 dan 15 bulan Kamariah); bulan (30 atau 31 hari)
telimpuh : duduk dengan kaki dilipat kebelakang;bersimpuh
kharm : bangsa arab menyebutnya air api dan atau sejenis minuman keras
asmarandana ; asmaradahana ; bentuk komposisi tembang macapat, biasanya digunakan untuk mengungkapkan rasa sedih, prihatin, atau rasa cinta, mempunyai bait yg terdiri atas tujuh baris, masing-masing bervokal akhir i,a,e,a,a,u,a
Jumat, 08 April 2011
Suara yang Terdengar Di Balik Pintu Senja
Suara yang Terdengar Di Balik Pintu Senja
Melayari samudra hati belibis terbang tak tentu arah
melintasi langit mendadak awan kelam membuta
Ingat semasa muda tak mengenal susah
kini saat tua butir air memenuhi bulu mata
Penyesalan masa lalu yang bertandang di saat senja
seperti angin kencang meniup daun jatuh ke tanah
sedikit waktu untuk sekedar bertanya muasal duka
_______________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit , April 8, 2011
Minggu, 03 April 2011
Nah, Lho… ( puisi 4 bait berakhiran O )
lukisan by google
Cinta ala tarian poco-poco
Kadang liar bak rodeo
Demi puaskan namanya libido
Satu cinta, dibilang kuno
A ha, ingat petuah Joyo Boyo
Nafsu shahwat, orang pintar bisa jadi keseleo
Politisi,Publik figur, bahkan dibuat melongo
Lihat siseksi bibirnya membentuk huruf O
Ai ai, soal kerjaan bisanya membeo
Pening kepala pikiran porno
Berdalih siri,nyatanya kumpul kebo
Para ulama pun hanya bisa bilang lho
Ini sajak bukan torpedo
Sengaja dibuat berakhiran O
Bila tersindir jangan berlagak bego
Tobat nasuha mohonlah Ridho
_____________________________________
@ lifespirit 16.5.08/rev.22.5.09
Cinta ala tarian poco-poco
Kadang liar bak rodeo
Demi puaskan namanya libido
Satu cinta, dibilang kuno
A ha, ingat petuah Joyo Boyo
Nafsu shahwat, orang pintar bisa jadi keseleo
Politisi,Publik figur, bahkan dibuat melongo
Lihat siseksi bibirnya membentuk huruf O
Ai ai, soal kerjaan bisanya membeo
Pening kepala pikiran porno
Berdalih siri,nyatanya kumpul kebo
Para ulama pun hanya bisa bilang lho
Ini sajak bukan torpedo
Sengaja dibuat berakhiran O
Bila tersindir jangan berlagak bego
Tobat nasuha mohonlah Ridho
_____________________________________
@ lifespirit 16.5.08/rev.22.5.09
Minggu, 27 Maret 2011
Ku Ingin Mencintaimu Dengan Kesederhanaanmu
lukisan by google
Ku Ingin Mencintaimu Dengan Kesederhanaanmu
Kuarungi lautan asa dengan kano
Menyusuri jalan ribuan kilo
Tiada terasa sampai bengawan solo
Mencari petuah ki joko bodo
Panas mentari gerahkan koko
Penuh sayang kubelikan baju di toko
Baju kesukaan bermerek polo
Bentuk perhatianku kepada koko
Tersenyum mesra, koko memberiku teko
Tapi bagiku bukan sekedar teko
Lebih dari itu wujud kasihmu koko
Kata cinta pun kuulang layaknya burung beo
Jangan keki jangan melongo
Puisi ini memang berakhiran O
Jangan dikira semudah berkata lho
Bikin puisi ini, aku seperti orang bodo.
@ lifespirit 9.2.08/28.2.09
Ku Ingin Mencintaimu Dengan Kesederhanaanmu
Kuarungi lautan asa dengan kano
Menyusuri jalan ribuan kilo
Tiada terasa sampai bengawan solo
Mencari petuah ki joko bodo
Panas mentari gerahkan koko
Penuh sayang kubelikan baju di toko
Baju kesukaan bermerek polo
Bentuk perhatianku kepada koko
Tersenyum mesra, koko memberiku teko
Tapi bagiku bukan sekedar teko
Lebih dari itu wujud kasihmu koko
Kata cinta pun kuulang layaknya burung beo
Jangan keki jangan melongo
Puisi ini memang berakhiran O
Jangan dikira semudah berkata lho
Bikin puisi ini, aku seperti orang bodo.
@ lifespirit 9.2.08/28.2.09
Negeri Edan
lukisan by google
Negeri Edan
Negara kacau lahir pahlawan
Bahu membahu sisingkan lengan
Pancang tonggak negara aman
Pancasila dasar jadi panutan
Selayang sayang azabnya jaman
Lirak lirik cari dukungan
Uang belanja termakan angan
Usung idealisme ber-hujah iman
Koar koar di dalam gedung
Lima sila tinggal bayang
Ada uang salahpun menang
Naik banding siapa pinang
Maju salah mundur salah
Rakyat hidup berkereta gelisah
Sekarang memang jaman susah
Benar salah sulit dipilah
Biar negeriku carut marut
Tatanan hukumnya kian sengkarut
Cintaku pada negeri hingga maut
______________________________________________
@ lifespirit 14 Juli 2008.rev. 27 Maret 2011
hujah = alasan , tanda, bukti
ber-hujah*= beralasan/berkelit/bertanda/berbukti
Negeri Edan
Negara kacau lahir pahlawan
Bahu membahu sisingkan lengan
Pancang tonggak negara aman
Pancasila dasar jadi panutan
Selayang sayang azabnya jaman
Lirak lirik cari dukungan
Uang belanja termakan angan
Usung idealisme ber-hujah iman
Koar koar di dalam gedung
Lima sila tinggal bayang
Ada uang salahpun menang
Naik banding siapa pinang
Maju salah mundur salah
Rakyat hidup berkereta gelisah
Sekarang memang jaman susah
Benar salah sulit dipilah
Biar negeriku carut marut
Tatanan hukumnya kian sengkarut
Cintaku pada negeri hingga maut
______________________________________________
@ lifespirit 14 Juli 2008.rev. 27 Maret 2011
hujah = alasan , tanda, bukti
ber-hujah*= beralasan/berkelit/bertanda/berbukti
Minggu, 20 Maret 2011
Membaca Luka Memahami Cinta
lukisan by google
Membaca Luka Memahami Cinta
Dingin menyusup mengungkit kenangan
suara jangkerik memecah sunyi
seperti halnya belati menyayat hati
Masih ingatkah engkau asmaraku
padamu pernah aku bercerita
tentang rindang pohon cinta
yang setiap pertemuan pertautkan rasa
Kini saat malam mengurung murung
Kutanyai kunang pembawa lentera
Berapa banyak api cukup untuk membakar luka?
Ianya, kunang itu memutariku dengan cepat
dan berkata: berapa titik cahaya yang kau dapat?
Dalam hening, sering jiwaku mendengar
suara-suara
____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 20 March 2011
Membaca Luka Memahami Cinta
Dingin menyusup mengungkit kenangan
suara jangkerik memecah sunyi
seperti halnya belati menyayat hati
Masih ingatkah engkau asmaraku
padamu pernah aku bercerita
tentang rindang pohon cinta
yang setiap pertemuan pertautkan rasa
Kini saat malam mengurung murung
Kutanyai kunang pembawa lentera
Berapa banyak api cukup untuk membakar luka?
Ianya, kunang itu memutariku dengan cepat
dan berkata: berapa titik cahaya yang kau dapat?
Dalam hening, sering jiwaku mendengar
suara-suara
____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 20 March 2011
Jumat, 04 Maret 2011
Hilang Basmalah
lukisan diunduh dari google
Hilang Basmalah
Tindih menindih kian sengkarut
Pedih tersembilu di sudut kelu
Tatas merentas doa tersebut
Nurani lunglai tertunduk membisu
Apatah yang kau cari, tuan diraja?
Jiwa Negeri hancur terburai
Airmata mengalir enggan merinai
Surya terpejam kian tercerai
Tersekat awan pun, batin terkulai
Luruh,o, begitu luruh menyeluruh
Hancur merepih cermin rupa
Gelap meruang tanpa cahaya
Benar salah hilang basmalah
Lihat tuan, debu mengabu
Engkau tepikan kemana doa ibu
_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 26 Februari 2011
Hilang Basmalah
Tindih menindih kian sengkarut
Pedih tersembilu di sudut kelu
Tatas merentas doa tersebut
Nurani lunglai tertunduk membisu
Apatah yang kau cari, tuan diraja?
Jiwa Negeri hancur terburai
Airmata mengalir enggan merinai
Surya terpejam kian tercerai
Tersekat awan pun, batin terkulai
Luruh,o, begitu luruh menyeluruh
Hancur merepih cermin rupa
Gelap meruang tanpa cahaya
Benar salah hilang basmalah
Lihat tuan, debu mengabu
Engkau tepikan kemana doa ibu
_____________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 26 Februari 2011
Jumat, 14 Januari 2011
Gerimis Saga Negeri Pertiwi
lukisan diunduh dari google
Gerimis Saga Negeri Pertiwi
Astaga!
Di Negeri orang para tuan bercerita negeri pejuang
Seluruh jalan dibangun impian tinggi menjulang
Tingginya ribuan kilo di awan-awan
Tapi banyaknya kabut tutupi lubang jalanan
Iakah ini anomali?
Saat langit memerah saga keteduhan menepi
O,alangkah badai sungguh membuat ngeri
Ngerinya seperti pahami hukum negeri sendiri
Rumitnya serumit mencari jarum ditimbunan jerami
Geletarnya menghentak atma suci tertatih nyeri
Lewati jalanan kanan kiri orang lupa tawa sendiri
Duh Gusti…
Mata gerimis halangi beburung pulang ke rumah
Siang malam pohon perdu mengutuk alam tak ramah
Di Negeri sendiri melihat laut menyempit
Menatap gunung kian menghimpit
___________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 14 January 2011
Langganan:
Postingan (Atom)